0

Tahun Baru 2015 : Renungan 2014

Posted by Mr Cassanova on Wednesday, December 31, 2014 in ,
Pada saat jam-jam terakhir 2014, diriku sempat menghabiskan waktu dengan menonton film Gangster Paradise : Jerusalema, setelah makan malam dengan makanan favorit seperti pasta, beberapa unsur perdagingan. "Goed Avondeten met pasta & vlees met sap, alles is lekker !" Meneer Irsyad zei. Setelah memuaskan kebutuhan perut saat makan malam yang puitis bersama keluarga, lanjut dengan nonton film itu. Film itu cukup menarik karena membahas Afrika Selatan pasca-Apartheid namun kita bahas itu dalam postingan berikutnya. 

Pada saat malam tatkala mendekati jam 12 malam diriku langsung bergegas untuk meninggalkan rumah dan mendekati lapangan tempat kembang api & petasan diluncurkan. Eforia menyambut tahun baru 2015 sungguh berbeda dengan penyambutan tahun 2014, jauh lebih ramai dan kembang apinya jauh lebih banyak. Padahal tahun 2015 kita akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sebuah tantangan yang teramat sangat besar untuk kedaulatan ekonomi bangsa kita. Apalagi pemerintahan Presiden Jokowi-JK, baru saja terpilih dengan beban berat menangani masalah yang belum usai dimasa kepemimpinan SBY dan beban masalah dari peninggalan SBY, namun Presiden kita sudah harus mendapat beban baru yaitu menjaga kedaulatan ekonomi untuk menghadapi MEA. Sedangkan masyarakat sibuk berpesta & merayakan dengan lebih meriah ketimbang 5 tahun sebelumnya. 

Situasi ini memaksaku berpikir lebih jauh, kunyalakan rokokku dan kuhisapnya dalam-dalam seketika itu gelapnya langit dipenuhi oleh bubuk mesiu. Suara musik memekik memenuhi lapangan & aroma daging & jagung bakar memenuhi lapangan itu, hal yang tak pernah terjadi dari tahun-tahun sebelumnya. "Apa yang sedang mereka pikirkan ? apakah mereka menjalani hidup dengan lebih optimis dibawah pemerintahan baru yang menjanjikan optimisme ? ataukah mereka betul-betul lupa dengan MEA ?" ujarku dalam hati saat melihat mereka berhura-hura, kondisi itu membuatku berpikiran jauh filosofis. 

Tahun 2014 merupakan tahun paling panas dalam sejarah demokrasi kita, tatkala sesama keluarga, tetangga ataupun teman maupun sahabat adu argumen karena beda pendapat mengenai siapa yang lebih layak memimpin negeri. Peristiwa itu merubah perpolitikan Indonesia, karena menurut sejumlah survey pemilu 2014 membuat masyarakat Indonesia jauh lebih melek politik, bahkan sejumlah orang yang tadinya mendukung KMP beralih menjadi pembenci mereka tatkala mereka berusaha menarik demokrasi yang sudah berjalan dengan baik dengan mengesahkan RUU Pilkada. Rakyat sangat optimis menanti gebrakan pemimpin baru mereka, dengan pesta & pawai rakyat. Bahkan menurut pengumuman Google, bahwa Jokowi menjadi keyword paling dicari selama tahun 2014. Sosok beliau membuat Indonesia menjadi perhatian dunia, bahkan sosok Prabowo pun demikian setelah peristiwa video Ahmad Dhani menggunakan baju Nazi. Kelelahan pasca semua ketegangan ditahun 2014, ini mungkin yang membuat masyarakat kita berusaha merayakan tahun yang akan datang dengan pesta yang lebih meriah.

Tantangan besar ke depan untuk bangsa kita bisa menjadi menguntungkan apabila dilalui dengan baik
,bisa menjadi petaka apabila tidak kita hadapi dengan baik. 

Penandatanganan kesepakatan MEA diberlakukan pada masa Presiden SBY. Pemberlakuan MEA sendiri merupakan suatu inisiatif yang baik untuk memperkuat stabilitas ekonomi regional Asia Tenggara dan juga untuk memperkuat kawasan ASEAN agar bisa bersaing dengan India maupun RRC dalam meningkatkan investasi dikawasan Asia Tenggara serta menghimpun negara-negara ASEAN untuk menghadapi kompetisi dari RRC & India serta Jepang, Korea Selatan. Dengan memberlakukan pasar tunggal di Asia Tenggara, apabila industri & fondasi ekonomi kita sudah kuat ini adalah ajang untuk memperkuat ekonomi bangsa kita. Namun yang menjadi masalah industri kita akan menghadapi serangan produk-produk negara tetangga yang bahkan beberapa negara tetangga itu sudah siap untuk menghadapi MEA, sebut saja Thailand, Malaysia & Singapura. Singapura sendiri sudah masuk kategori Developed States, sedangkan Thailand & Malaysia masuk kategori Newly Industrialized States. Usaha bangsa kita selama 2 periode pemerintahan SBY untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat untuk menghadapi MEA dirasa masih belum siap untuk menghadapi MEA. 

Pemerintahan Presiden Jokowi-JK berusaha untuk mengembalikan identitas historis kita sebagai negara maritim & sebagai poros maritim dunia, kedigdayaan bangsa Indonesia di bidang maritim yang sudah lama dimatikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan pelayaran hongi. Apakah Indonesia siap membanjiri seantero ASEAN & dunia dengan produk-produk industri maritim ? ataukah kita tetap menjadi bangsa konsumen seperti 2 periode pemerintahan SBY & melihat industri kita tumbang berguguran, lapangan kerja professional kita direbut oleh warga negara asing yang tidak punya pekerjaan dinegaranya ? biarlah waktu yang menjawab perenunganku. 

Copyright © 2009 Irsyad Muhammad Website All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.