1

Resensi Buku Teologi Islam

Posted by Mr Cassanova on Saturday, January 24, 2015 in ,

Dalam bukunya Prof.Dr. Harun Nasution beliau menuliskan mengenai asal-usul teologi Islam dan dinamikanya serta menjelaskan mengapa bisa tercipta mazhab-mazhab dalam agama Islam. Prof.Dr. Harun Nasution dibukunya menjelaskan mengenai sejarah terciptanya mazhab Islam pasca perang Siffin, terdapat 5 sekte yaitu Khawarij, Sunni, Syiah, Murji’ah & Mutazilah. Beliau menuliskan semua itu bersumber dari kitab-kitab lama serta sumber kekinian baik dari pemikir Islam modern terkemuka seperti Syekh Muhammad Abduh dan para orientalis. Dari semua mazhab yang dikupas dalam buku ini hanya sekte  yaitu Sunni & Syiah, khawarij sendiri sudah punah namun salah satu mazhabnya yang beraliran moderat yaitu Ibadi hanya satu-satunya mazhab khawarij yang bertahan di Oman & Zanzibar. 

            Diantara mazhab-mazhab yang terpecah-pecah itu pun terdiri dari 2 golongan teologis yaitu aliran yang menggunakan interpretasi logika (Al-Mutazilah) dan interpretasi tekstual.  Islam Sunni yang merupakan sekte Islam yang dianut mayoritas umat Islam menggunakan kaidah teologis Asy’ariyah dan maturidiah kedua aliran tersebut yang akhirnya menjadi cikal bakal termanifestasikan mazhab Islam Ahlus-sunnah Wal jama’ah (Sunni).  Mazhab Mu’tazilah sempat menjadi mazhab resmi dalam pemerintahan dinasti Abbasiyah dimasa Khalifah Maimun, putra Khalifah Harun Ar-Rasyid. Namun yang menjadi masalah dalam berkembangnya Mu’tazilah dimasa Khalifah Maimun, penerapan mazhab Mu’tazilah menggunakan kekerasan dan pemaksaan bertentangan dengan spirit ajaran muta’zilah yang mementingkan penggunaan logika dan memperjuangkan kebebasan berpikir. Salah satu pengikut ajaran Mu’tazilah Asy’ari keluar dari Mu’tazilah setelah ia mendapat mimpi bahwa ia ditegur oleh Nabi Muhammad SAW, ia pun keluar dari ajaran itu setelah sempat meragukan mazhab yang dianutnya. Kemudian ia pun membentuk aliran teologi baru yang dikenal sebagai aliran teologi Asy’ariyah, ia membuat buku bantahan terhadap keyakinan Muta’zilah dan menulis beberapa buku mengenai pemikirannya salah satu muridnya yang cemerlang yaitu Al-Ghazali, yang kemudian hari dikenal sebagai filsuf Islam termasyur adalah penganut setia aliran teologi ini. 

          Al-Ghazali membuat beberapa karya yang mengkritik kaum Mu’tazilah. Terutama sejak kematian Khalifah Al-Maimun, Khalifah berikutnya mencabut Mu’tazilah dari mazhab resmi. Hal ini pun membuat lawan-lawan kaum Mu’tazilah seperti Al-Ghazali serta kaum Maturidiah bersatu melawan mereka dan akhirnya Mu’tazilah pun dicap bid’ah dan kafir. Setelah itu pun mereka lenyap dari sejarah, lenyapnya Mu’tazilah dari sejarah juga karena aliran teologi ini jauh lebih sulit dicerna oleh masyarakat awam, yang cenderung lebih menerima aliran teologi tradisional yang mengacu pada interpretasi tekstual.  Serta para ulama Sunni hingga hari ini pun masih mencap aliran Mu’tazilah sebagai kafir dan bid’ah sehingga orang-orang awam enggan mengkaji pemikiran Mu’tazilah. 

            Penulis memberikan perbandingan teologis antara aliran teologi yang berbeda dalam setengah bagian dari buku ini secara sederhana, itulah yang merupakan keunggulan buku ini. Sehingga buku ini layak dijadikan buku bacaan bagi masyarakat awam yang ingin memperdalam pengetahuannya mengenai teologi Islam. Buku ini pun membahas mengenai permasalahan teologi kontemporer yang ternyata sudah berakar dari ribuan tahun yang lalu, mengenai pertentangan antara penganut interpretasi tekstual dan penganut interpretasi logika. Era modern ini yang menghasilkan pemikir-pemikir Islam didikan barat, yang mengabsorsi ide-ide yang dianggap baru bagi masyarakat tradisional seperti demokrasi, sekularisme, liberalisme serta munculnya pemikiran Islam yang dikaji oleh para orientalis memunculkan perspektif baru dalam memandang Islam di dunia Islam sendiri. 
 
            Beberapa dalil dianggap sudah tidak relevan jika diinterpretasi dengan interpretasi tekstual karena zeitgeist dari setiap dalil itu sudah lewat. Kalangan intelektual Islam modern dianggap membawa kembali spirit dari ajaran Mu’tazilah itu, sehingga mereka pun dicap sebagai Neo-Mu’tazilah. Walaupun kebanyakan intelektual Islam modern itu penganut Islam Sunni, namun mereka secara tidak sadar sudah membawakan dirinya sebagai Neo-Mu’tazilah. Salah satu mazhab yang berkembang berdasarkan acuan interpretasi tekstual, di era Modern ini tetap bertahan dan menjadi mazhab resmi Kerajaan Arab Saudi, mazhab yang kita kenal sebagai mazhab Wahhabi. Kaum Wahhabi sampai sekarang pun masih merupakan mempertahankan interpretasi tekstual atas dalil-dalil dalam Islam, diberbagai negara mayoritas Islam kedua aliran teologi itu pun mulai masuk terutama di Indonesia pasca-reformasi. Terlebih lagi Arab Saudi mendanai penyebaran ajaran Wahhabi keseluruh dunia, di era pasca-reformasi kaum Neo-Mu’tazilah membentuk suatu organisasi Islam yang dikenal sebagai Jaringan Islam Liberal (JIL). Kemunculan kaum Neo-Mu’tazilah pun menjadi kontroversi di Indonesia, namun kontroversi itu tidak hanya di Indonesia namun dibeberapa negeri mayoritas Muslim yang muncul ajaran serupa dan kemunculan kaum Wahabbi pun memunculkan kontroversi dibeberapa negara mayoritas Muslim seperti di Indonesia, sehingga pertentangan antara dua golongan yang menganut interpretasi teologi yang berbeda pun meruncing dibeberapa negara mayoritas Islam. 

            Dunia dikagetkan dengan peristiwa deklarasi dibentuknya Islamic States of Syria & Iraq (ISIS), atau yang sekarang dikenal sebagai Islamic States/Islamic States of Iraq & Levant (IS/ISIL). Organisasi ini yang semula bersama dengan Al-Qaeda membentuk Jabhat-Nusra bekerjasama dalam menggulingkan Bashar Al-Assad di Suriah, pun saling bertempur satu sama lain karena perbedaan ideologi diantara keduanya. Terlebih lagi Al-Qaeda memiliki sikap yang sama dengan mayoritas masyarakat di dunia yang menentang kekejaman ISIL terhadap golongan minoritas, salah satu hal yang sempat menggegerkan dunia adalah peristiwa genosida ISIL terhadap etnis Kurdi yang menganut agama Yazidi serta perbudakan seks yang dilakukan oleh ISIL. Bahkan ISIL pun tidak segan-segan mencap umat Islam yang tidak sepemahaman dengan mereka sebagai kafir, tidak salah jika beberapa ulama, seperti ulama Wahhabi Ja’far Umar Thalib pun mencap ISIL sebagai kaum Neo-Khawarij.  Label Neo-Khawarij yang ditujukkan kepada ISIL, dikarenakan ISIL memiliki kesamaan dengan kaum Khawarij dalam prinsip utama mereka yaitu Lahukma Ilalillahi (tiada hukum selain Allah) karena kaum Khawarij beranggapan bahwa arbitrasi yang dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah itu bertentangan dengan ajaran Islam, karena menurut mereka Islam tidak membahas arbitrase dalam masalah kekuasaan mereka pun beranggapan bahwa baik Ali bin Abi Thalib maupun Muawiyah telah kafir dan keluar dari Islam.  Kebiasaan Khawarij mengkafirkan orang diluar golongannya (takfiri), perilaku takfiri ini pun ditemukan dalam video-video yang dirilis oleh media Al-Furqon, yang merupakan media propaganda milik ISIL.  Beberapa ciri-ciri inilah yang menyebabkan ISIL dijuluki sebagai Neo-Khawarij. Muncul aliran-aliran lama dengan perspektif baru ini memunculkan pertentangan antar mazhab seperti yang pernah terjadi dimasa dinasti Abbasiyah, masa pemerintahan Khalifah Al-Maimun. 

              Munculnya kembali aliran teologis yang sudah terkubur dalam sejarah seperti Mu’tazilah dan Khawarij, membingungkan masyarakat Islam awam. Karena masyarakat Islam awam di negara-negara mayoritas Islam Sunni, telah terdidik dengan aliran teologis mainstream diantara sekte Islam Sunni yaitu pemikiran Al-Asy’ari dan Maturidiah. Bagi masyarakat yang cenderung tradisional mereka jauh lebih menerima teologi yang bersifat tradisional dengan interpretasi tekstual. Bagi masyarakat yang sudah tersentuh teknologi dan gaya hidup modern, aliran teologi liberal dengan interpetasi logika jauh lebih diterima. Walaupun buku Teologi Islam, ini termasuk buku lama namun buku terbitan tahun 1983 yang ditulis oleh mantan Rektor UIN Jakarta ini masih cukup relevan dengan kondisi kekinian dan layak menjadi bacaan awal bagi orang awam yang ingin memperdalam teologi Islam.

0

Als Ik een Nederlander Was

Posted by Mr Cassanova on Thursday, January 22, 2015 in ,
Deze is mij eerste post in Nederlandse taal, sorry als er een hebben fout. In deze nacht ik schrijven over Nederlandse taal. Nederlandse taal voormalige was officiële taal in Indonesië. Maar na Japan geregeerd Indonesië, het gebruik van het Nederlands wordt afgenomen. Japan verboden nederlands en alle andere Europese taal. Japan stuurt alle Nederlandse mensen hier in om concentratiekamp. Japan moedigde het gebruik van de Indonesische taal naast het Japans. Indonesische taal winst formele erkenning in Japan regel. Na Indonesië winst onafhankelijkheid van Japan, de Indonesische taal werd de enige officiële taal.  Nederlandse taal verloren uit collectieve geheugen in de 21 eeuw, Engels aan populariteit winnen en de Japanners in de Indonesische jeugd. De Indonesische-Netherland culturele relatie is niet sterk als jaar vóór. 

Maar Nederlands is nog steeds geleerd in Indonesië, Nederlandse Letterkunde aan de Universiteit van Indonesië is enige universiteit die de Nederlandse literatuur te openen. Dat is de reden waarom de Nederlandse literatuur aan de Universiteit van Indonesië is de beste in Zuid-Oost-Azië. Nederlands wordt ook geleerd door de geschiedenis en rechtenstudent. Omdat veel van de overheid en het recht boek en handschrift zijn in de Nederlandse taal. Dat is hetzelfde in historisch handscript. Veel van verborgen feit over de geschiedenis van Indonesië zijn in Nederland. Dus dat is mijn plicht en andere geschiedschrijver en andere mensen die de geschiedenis van Indonesië moet Nederlands geleerd om de verborgen feit in onze geschiedenis te dekken verzorgt.  

Onze natie heeft zijn identiteit verloren in de 21e eeuw moeten we nieuwe superior identiteit dat is waarom we moeten onze geschiedenis weten te maken. We moeten een fundament te maken naar de historische manuscript te vertalen, zoals onze grondlegger zei vergeet niet de geschiedenis! moeten we onze verloren geschiedenis te herstellen zodat we allemaal het manuscript moet nemen in Nederland naar Indonesië.

Ik met mijn familie in tulpentuin, ik zag de tulip dat is mooi.

Als geschiedener dat mijn plicht om Nederland te studeren. Ik bracht mijn jeugd door in dat land, zodat ik in de toekomst er moet gaan en vervolgde mijn studie in Afrikaanse studie cursus. Nederlandse in niet bekend taal in de Azië, dat is bekend taal naar Afrika. In Zuid-Afrika stadt zoals Zuid-Afrika, Namibië, Zimbabwe, Bostwana, Swaziland, zijn spreekt een Nederlands dialect ook wel bekend als "Afrikans". Afrikans is officieele taal naar Zuid-Afrika en lingua franca in Namibië. In de Cariben regio zoals Sint Jan, Sint Marten, Curaçao, dat regio  bekend als Nederlands Antillen. Nederlandse was officieel taal naar 4 stadt zoals : Nederlands, België, Suriname & Zuid-Afrika (Afrikans). Nederlandse taal is niet bekend in de wereled, maar  is nog steeds nodig om te leren van de Indonesische om hun handschrift te vertalen. Om de collectieve herinneringen van Indonesische volk herstellen van hun grootheid.

 Niet ooit je geschiedenis vergeten! - (Soekarno)

Grote natie is natie die niet ooit de helden niet vergeten! (Soekarno)


Copyright © 2009 Irsyad Muhammad Website All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.