0

Sutan Sjahrir & Sosial Demokrasi

Posted by Mr Cassanova on Wednesday, April 10, 2013 in , , ,
Kover Buku.
Belum lama ini saya merampungkan membaca Seri Buku Tempo : Bapak Bangsa mengenai Sutan Sjahrir. Saya memang mengenal sosok Sjahrir hanya sebagai Perdana Menteri pertama RI saja tidak lebih.Namun hal tersebut berubah ketika hari sabtu tanggal 5 Mei 2012, saya menonton Metro Files jam 8 malam mengenai Sutan Sjahrir & saya pun takjub untuk meneliti lebih dalam mengenai beliau. Jujur saja banyak ideologi saya yang mirip dengan beliau, saya percaya kepada Sosialisme dan demokrasi serta menentang pemerintahan yang diktator & penerapan sosialisme yang salah yang dilakukan pada beberapa negara komunis. Sosialisme Kerakyatan "Sjahrir" adalah Sosialisme Demokrasi, sebuah ajaran yang menerapkan sosialisme pada sebuah negara demokrasi. Seperti kebanyakan negara di Eropa adalah Sosial Demokrat sebut saja Jerman, Belanda, Prancis, dll. Namun suatu saat saya berada di Gramedia melihat ada Seri Buku Tempo : Sutan Sjahrir, langsung dengan secepatnya saya mengambil & membelinya.

Komentar saya mengenai Buku ini menunjukkan kepada kita tentang sosok Sjahrir sebagai salah satu founding father Indonesia, Sang "Bung Kecil" memberikan perannya yang sangat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia terutama lewat jalur diplomasi. Sjahrir adalah tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang sangat saya kagumi terlebih dalam beberapa tulisannya menunjukkan bahwa beliau lebih cerdas daripada Soekarno. Sjahrir adalah seorang kosmopolit & berpikiran visioner.


Namun amat disayangkan visi & kecerdasannya tidak dipahami oleh orang-orang dimasanya, dia memperkenalkan sebuah bentuk dari "Sosialisme" yang tidak dimengerti oleh banyak kalangan di kala itu. Yaitu sebuah ideologi yang sekarang dikenal sebagai "Sosial Demokrat", ideologi ini berhasil dipraktekan di beberapa negara Eropa di Abad 21 seperti Jerman, Belanda, Perancis. Namun amat disayangkan partai yang dia bentuk berdasarkan ideologinya itu tidak berhasil menjadi pemenang pemilu karena ideologinya tidak diterima sebagian besar masyarakat. Ideologi Sjahrir hanya diterima oleh kalangan kelas menengah & intelektual elit dikala itu. Namun apabila ideologi Sjahrir diperkenalkan lagi sekarang adalah eranya untuk bisa mendapat kedudukan yang signifikan di tengah orde "Reformasi" ini. Dia telah memperkenalkan ideologi era Abad 21, di era abad ke 20 di Indonesia.


Sjahrir adalah seorang Humanis & pembela kalangan tertindas. Sjahrir di eranya dianggap terlalu kebarat-baratan & dianggap figur yang lemah, oleh beberapa orang yang tidak memahami kecerdasannya. Perjanjian linggarjati sering dianggap terlalu menguntungkan Belanda & Sjahrir dan para pengikutnya sering dijuluki "anjing-anjing Belanda". Kaum radikal di era itu tidak menganggap dia adalah sosok yang lemah karena sering berdiplomasi ke bekas penjajah, namun jaman telah menjelaskan maksud dari tindakan Sjahrir yang tidak dimengerti oleh kaum pejuang radikal dikala itu.


Sjahrir pun menjelaskan kepada kita tentang arti Nasionalisme yang berbeda dengan arus utama Nasionalisme yang dipahami kalangan pejuang saat itu. Nasionalisme yang berbeda dari "nasionalisme mainstream" yang biasa diajarkan disekolah. Sjahrir menunjukkan kepada kita bahwa pengertian nasionalisme yang sempit yang berbau chauvinistis dan fasis, adalah bukti kelemahan dan ketidakpercayadirian suatu bangsa.


Sjahrir memiliki pandangan berbeda dengan para pejuang kemerdekaan saat itu, sebuah pandangan yang benar-benar berbeda ! kebanyakan para pejuang kemerdekaan di eranya menganggap tujuan akhir dari perjuangan adalah kemerdekaan, namun Sjahrir beranggapan bahwa tujuan akhir dari Indonesia adalah menjujung tinggi kebebasan individu dan untuk mencapai ke arah itu maka Indonesia harus menjadi negara merdeka. Baginya untuk apa pentingnya nyawa satu orang manusia, dibanding nyawa jutaan manusia yang tertindas akibat kekejaman manusia lainnya.


Kegagalan Sjahrir & Partainya dalam memenangi pemilu 1955. Karena kondisi jaman, dimana saat itu kalangan Intelektual Elit & kelas menengah belum banyak sehingga "Sosialisme" yang menekankan pada penerapan Sosialisme yang sinkron dengan demokrasi kalah bersaing dengan "Sosialisme Komunis" yang diusung oleh PKI. Di tahun 1934 Sjahrir sudah menuliskan pandangannya tentang bahaya negara yang dikuasai oleh orang-orang yang berpemikiran fasis & memiliki pandangan nasionalisme sempit, saat dia menjadi Perdana Menteri dia sudah mengkhawatirkan kondisi bangsanya karena dia melihat banyak orang-orang yang dianggapnya kolabolator Jepang. Yaitu beberapa orang petinggi militer didikan bekas penjajah yang dia khawatirkan akan membuat pemerintahan berbau "Fasis" dan Militeris.


Dan semua yang dikhawatirkan Sjahrir terbukti, saat rezim Orde Baru berkuasa dengan gaya Militeris dan membelenggu aktivitas demokrasi & juga mengekang para eksponen Partai Sosialis Indonesia untuk bergerak dalam kancah perpolitikan Indonesia. Di era 1945 Sjahrir dan Muhammad Hatta, hanyalah sedikit dari beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia yang memperjuangkan demokrasi sebagai bentuk sistem pemerintahan Indonesia.


Sjahrir adalah seseorang yang berpikirian melampaui zamannya, sekarang adalah era yang tepat untuk memperkenalkan ideologi "Sosialisme Kerakyatan" (Sosial Demokrat) Sjahrir, kepada kalangan "Noveau Riche" Indonesia. Di era reformasi ini Indonesia mengalami pertumbuhan kelas menengah yang signifikan & perkembangan kebebasan individu & budaya demokrasi yang baik. Sekarang adalah eranya untuk ideologi Sjahrir mendapat kedudukan di dalam masyarakat Indonesia.


Itulah komentar saya saat selesai membaca buku itu, bagi yang ingin menonton film dokumenter tentang Sjahrir bisa dilihat di channel youtube saya. Sekian ! semoga warisan Sutan Sjahrir dapat menginspirasi kita untuk melakukan perubahan!


0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Irsyad Muhammad Website All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.